Suatu hari adikku dan suaminya datang. Dia berbaik-baik mengharapkan aku menjaga rumah dan anak-anaknya. Mereka bekerja di perkebunan besar di Sumatera Utara, mendapat hadiah dari perusahaan keliling Eropa Barat selama sebulan. Hadiah itu untuk dua orang suami istri. Adik saya dan suaminya belum pernah bepergian ke luar negeri. Jadi hadiah ini akan menjadikan perjalanan pertama mereka keluar negeri. Mereka rencananya akan berangkat bulan depan. Waktu sebulan dipersiapkan untuk mengurus paspor dan visa schengen. Hadiah jalan-jalan dan uang saku yang lumayan besar, sangat sayang jika tidak digunakan. Pasalnya hadiah itu tidak boleh diuangkan. Aku tinggal di Medan memang menyendiri, setelah istriku meninggal dan 2 anakku bekerja di Jakarta. Di usia 50 lebih sebetulnya aku belum merasa tua, karena badan masih cukup sehat dan tidak banyak uban dikepala. Adikku ini mempunyai 4 anak dan semuanya perempuan. Wajar saja jika ditinggal selama sebulan mesti ada yang mengawasi mereka. Apalagi mereka tinggal di perkebunan yang sepi jauh dari keramaian.
Mereka memerlukan waktu 2 jam dengan berkendaraan mobil untuk sampai ke Medan. Mungkin jika di Jakarta jarak tempuh 2 jam itu tidak terlalu jauh, karena dari Depok ke Jakarta Kota bisa lebih 2 jam jika naik mobil. Di Medan jarak tempuh 2 jam itu sudah lumayan jauh. Tempat tinggal adikku dan keluarganya di perkebunan jauh dari keramaian. Rumah yang mereka tinggali cukup besar dan halamannya juga sangat luas. Rumah itu adalah peninggalan zaman Belanda dulu, sehingga bangunannya antik dan kokoh. Seperti umumnya rumah staf perkebunan, selalu memiliki halaman yang amat luas. Rumah adikku halamannya sekitar 1 ha yang banyak ditumbuhi berbagai pohon, mulai mangga, manggis, durian, duku dan pete. Di belakang rumah masih ada kebun untuk menanam sayur yang luasnya juga sekitar 1 ha. Aku sering datang menginap di sana. Suasananya sejuk dan asri. Tidak ada tetangga. Kalaupun ada jaraknya paling dekat 500 m . Di kiri kanan rumah merupakan perkebunan kelapa sawit. Di belakang dekat kebun ada sungai yang tidak terlalu besar dan airnya sangat jernih. Aku sering mancing dan mandi di sana. Tempatnya terlindung dan tidak pernah ada orang melintas di sana, karena dikelilingi kebun sawit. Jaraknya dari rumah sekitar 200 m. Akses ke pemandian di sungai itu hanya dari rumah adikku ini. Aku sering datang dan menginap kesana. Kadang-kadang sampai seminggu, karena aku betah berlama-lama di sana. Kegiatan yang kulakukan, keliling perkebunan dengan sepeda motor, mandi di sungai, atau panen buah-buahan bila sedang musim. Kali ini aku harus tinggal di sana sebulan bersama anak-anaknya yang sudah menjelang ABG. Adikku meskipun mempunyai 2 pembantu perempuan 1 tukang kebun dan 1 penjaga malam, tetapi untuk mengawasi anak-anaknya mereka lebih mempercayakan aku. Dua pembantu perempuan tinggal di dalam, tetapi tukang kebun hanya bekerja pada jam kerja dan penjaga malam baru datang jam 7 malam sampai jam 6 pagi. Rumah yang ditinggali adikku berupa rumah panggung yang sebagian terbuat dari kayu. Lantainya papan tebal yang licin dan mengkilap. Sementara dapur kotor dan kamar pembantu terdapat di bangunan terpisah dibelakang yang jaraknya sekitar 20 meter dihubungkan dengan koridor beratap. Aku bertugas mengawasi si sulung Vina 14 tahun kelas 2 SMP, Winda dan Windi kembar identik 12 tahun kelas 6 SD dan Vicky 10 tahun kelas 4 SD. Menginap di rumah tua bekas peninggalan belanda kadang-kadang menimbulkan rasa seram juga. Sebab rumahnya besar. Rumah itu dengan 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga sekaligus ruang makan dan dapur bersih serta beranda, dilengkapi dengan 2 kamar mandi. Kamar utama mungkin berukuran 8 x 10 m, kamar yang ditempati keempat anak malah lebih besar lagi berukuran 10 x 10 m dan kamar untuk tamu 5 x 6 m. Aku jadi membayangkan, ukuran kamar utama kalau di kota besar sudah jadi satu kapling rumah sederhana. Sebelum adikku dan suaminya berangkat aku diminta 2 hari sebelumnya sudah menginap. Mungkin agar pergantian suasana tidak terlalu drastis. Hari pertama setelah adikku berangkat, tidak ada yang istimewa, semua berjalan wajar. Keempat anak-anak sudah berangkat dari rumah ke sekolah sekitar jam 6.30. Mereka kembali sampai rumah sekitar jam 3 sore. Semua sarapan dan makan mereka diurus pembantu. Praktis tidak ada pekerjaan rumah yang aku kerjakan. Aku hanya memegang jadwal, kapan mereka harus tidur, kapan belajar dan membangunkan mereka pagi hari. Aku kebanyakan bengong baca buku dan jalan-jalan di sekitar perkebunan ketika mereka ke sekolah. Kalau malam ya hanya nonton tv sampai ngantuk. Biasanya anak-anak ikut nonton tv sampai waktu mereka belajar dan nyambung lagi sampai menjelang waktu tidur. TV memang hanya satu-satunya di ruang keluarga, karena salurannya mengambil saluran satelit berbayar, sehingga tidak bisa di share. Anak-anak memang akrab dengan ku. Mereka memanggil ku dengan sebutan Om Jo. Mereka malah kelihatan lebih akrab kepadaku dibanding dengan ayahnya. Kadang kadang si sulung sering curhat mengenai apa saja sampai ke masalah pacar. Malam itu ketika aku sedang asyik menonton TV, mungkin sekitar jam 11 malam si sulung datang bergabung. “Oom aku ingin nonton video, tadi pinjam ama temen, tapi oom jangan marah ya dan jangan bilang sapa-sapa.” kata Vina. “Emangnya film apaan, “ tanyaku heran. “Ada deh, tapi janji dulu, jangan marah dan jangan bilang sapa-sapa,” rajuknya. Aku tidak bisa menerka film apa, sebab tidak ada sampulnya. Aku memang tidak pernah memarahi mereka. Bahkan jika mereka ke Medan aku sering menemani mereka jalan ke mall, mereka janjian dengan temannya. “Boleh ya oom,” rajuk Vina. Aku hanya menganggukkan kepala. Dengan segera Vina memasukkan keping DVD dan langsung meraih remotenya. Film barat dan jenisnya horor. Namun ini adalah film horor triple X. Jadi horor hanya bumbu untuk cerita intinya. Aku yang tadi sudah terlanjur menyetujui jadi terkesiap. “ Ini belum boleh kamu tonton Vin, ini untuk orang dewasa,” kataku. “Tolong dong oom, Vina pengin nonton, karena kata temen-temen ceritanya bagus dan serem.” kata Vina. Terlanjur sudah mengizinkan aku tidak bisa menariknya. Disamping itu aku ingin mengetahui sampai sejauh apa pengaruh tayangan film itu terhadap Vina. Kami menonton berdampingan. Jika adegan seram, Vina sering memelukku dan membenamkan wajahnya ke dadaku. Bagaimanapun aku masih pria normal, tersentuh tetek Vina yang sudah tumbuh lumayan besar, jadinya aku terangsang juga. Sialnya batangku ketekuk ke dalam jadi ketika menegang jadi agak sakit. Untuk membetulkan posisinya di depan Vina adalah tidak mungkin, jadi aku permisi pura-pura mau ke kamar mandi. Eh dia yang sudah diliputi rasa seram tidak mau ditinggal sendiri. Katanya dia mau ikutan pula ke kamar mandi. Aku suruh tunggu di luar kamar mandi, dia tidak mau karena takut. Dia mau ikut juga masuk ke dalam kamar mandi. Wah celaka ini. Tapi aku akhirnya mengizinkan juga dia ikutan. Dia malah lebih dulu menurunkan celananya dan langsung kencing tanpa peduli menghadap ke pandanganku. Aku jadi melihat sebersit kemaluan yang masih gundul menyemprotkan air kencing. Karena dia cuek aku juga ikut cuek mengeluarkan batangku yang sudah mengeras. Karena ngaceng, jadinya agak sulit air seninya keluar. Terpaksa agak lama aku menunggu sampai akhirnya kencingku mancur. Memang sebenarnya aku tidak kebelet, jadi yang keluar cuma sedikit, beda dengan Vina yang dengan derasnya menyemburkan air kencing. “Oom sebentar ,” kata Vina. Di langsung berdiri tanpa membenahi celananya. “Oom Vina boleh liat sebentar , Vina belum pernah liat aslinya, boleh dong oom,” Sambil dia tarik badanku mendekat. Vina menatap kontolku lekat-lekat, malah dia menyentuh dan menekan-nekan. “ kok keras sih oom,” tanya Vina. Aku yang sudah terangsang dari tadi mana mungkin melarangnya, kecuali menikmati. Dia bertanya mengenai helm diujung batangku, mengenai kantong menyan sambil meremas-remas. Kantong menyanku di remasnya sampai aku tersengal. Kuberi tahu bahwa kantong menyan itu tidak boleh ditekan keras-keras karena sakit. Batangku jadi mengeras sejadi-jadinya, dan otakku jadi makin ngeres. “Kalau kamu ngliat punya oom, Vina punya juga boleh dong diliat oom,” kataku. Aku jongkok di depan Vina dan celananya kulepas semua. Memeknya nyaris gundul, ada rambut masih jarang-jarang dan halus. “Eh kamu abis kencing belum cebok ya, “ kataku. “Iya om Vina lupa,” katanya. “Sini oom ceboki biar bersih,” kataku. Vina lalu jongkok di depanku dan aku mengguyur dengan shower ke arah memeknya. Dengan seksama aku menyapukan tanganku ke memeknya sambil merasakan konturnya.” Ih oom geli oom kalau kesentuh bagian situnya,” kata Vina ketika aku tanpa sengaja menyapu clitorisnya. Adegan kamar mandi berakhir tanpa tragedi lanjutan. Kami kembali ke depan televisi dan melanjutkan menonton. Vina jadi makin manja memeluk tangan kananku. Terdengar nafasnya agak memburu. Ini pertanda dia sudah dilanda nafsu. Sambil nonton dia ingin membandingkan penis yang ada di film dengan penis yang nyata. “Oom kayaknya yang di TV itu pipitnya besar kok nggak seperti punya oom sih,” kata Vina. Aku jelaskan bahwa bintang porno memang dipilih yang senjatanya besar. Selain itu orang bule dan negro umumnya ukurannya lebih besar dari orang Asia. “ Coba deh oom Vina ingin bandingkan mau liat sekali lagi, boleh ya oom,” katanya. Aku memelorotkan celana ku dan senjataku langsung mengacung ke atas. Vina langsung menggenggam erat. Aku jadi tidak kosentrasi nonton film. Kuduga Vina juga begitu. Karena pada adegan seram dia tidak lagi menyembunyikan mukanya. Dia malah mengamati adegan hubungan sex. “ Oom apa rasanya pipit laki-laki dimasukkan ke dalam memek, kok kayaknya mereka ngrasai enak,” kata Vina. Aku lalu meminta dia memelorotkan celananya dan kujelaskan Vina juga bisa merasakan enak tanpa ada pipit laki-laki masuk. Aku mulai meraba memeknya dan terasa sudah basah di bawah sana. Mulanya Vina kegelian, tetapi aku sentuh dia perlahan-lahan sampai cairannya cukup banyak. Dari cairan memeknya ku basahi bagian clitorisnya dan bagian itu aku mainkan dengan usapan pelan. Vina menggelinjang, mulanya dia merasa geli, tetapi lama-lama dia makin memburu nafasnya. Dia tidak lagi menonton film. Kepalanya disandarkan ke sofa dan kakinya dikangkangkan lebar-lebar.Aku terus memainkan itilnya , sehingga terasa makin mengeras dan menonjol. Sekitar 10 menit dia menjepit tanganku dengan kedua kakinya dan terasa memeknya berdenyut-denyut. Dia lalu memelukku erat-erat-erat. “Gimana Vin, enak gak rasanya,” tanyaku. “Aneh banget rasanya oom enak sih,” katanya. Permainan aku sudahi dan dia kusuruh kembali ke kamarnya dan tidur. Tidak lupa DVDnya kukeluarkan dan kusuruh dia menyimpan. Malam itu tidak ada insiden lebih parah, karena aku masih berpikir agak waras. Sementara itu aku jadi pusing karena hasratku tidak terlampiaskan. Keesokan malamnya Vina kembali membawa dvd dan dia ingin nonton bersamaku. Aku sudah menduga bahwa dvd itu adalah porno. Seperti semalam, dia minta aku memansturbasinya sampai dia orgasme. Tapi malam ini Vina ingin mencoba seperti adegan di film itu yaitu mengoral penisku. Aku agak ragu mengijinkannya, tapi nafsuku sudah di ubun-ubun. Akhirnya aku memberi kesempatan dia mempraktekkannya. Mula-mula giginya menggerus batangku sehingga terasa linu, tetapi setelah aku arahkan dia mulai mahir dan aku akhirnya ejakulasi. Aku tarik wajahnya dan spermaku nyemprot di tissu yang sudah aku siapkan. Setelah agak pulih aku menyarankan dia kuperlakukan hal yang sama terhadap memeknya. Dia mulanya risih, tapi karena di film menggambarkan raut wajah yang nikmat, dia akhirnya membolehkan. Memeknya masih baru ditumbuhi rambut. Lendirnya sudah membasahi seluruh permukaan lubang vaginanya. Aku mulai menjilati sekitar daerah clitoris. Dia menggelinjang-gelinjang geli. Namun lama-lama dia mulai bisa merasakan nikmat. Mungkin sekitar 15 menit aku terus-terusan mengoral memeknya sampai leherku pegal, barulah dia mampu mencapai orgasme. Memeknya banjir sampai netes-netes. Aku sangat menahan diri agar tidak sampai memecahkan perawannya. Karena bagaimanapun dia adalah keponakanku. Sejak itu Vina sering secara sembunyi-sembunyi mengajakku beroralria. Si kembar yang aku selalu tidak tau yang mana winda dan yang mana windi walau sudah sekian lama bergaul, aAku menengarai, jika menonton TV bersama ku mereka berdua selalu menutup badannya dengan selimut. Mulanya aku mengira mereka merasa dingin, tetapi lama-lama kuperhatikan raut mukanya seperti sedang keenakan, kadang-kadang mereka mengejan seperti kegelian. Itu berkali-kali. Aku lama-lama berpikir, jangan-jangan di balik selimut itu mereka bermasturbasi. Jika kuamati situasinya dan posisi duduknya mereka besar kemungkinan memang bermasturbasi. Satu kali setelah mereka melakukan, dan masih berselimut dan waktu itu di depan TV tinggal kami bertiga , mereka kupancing melihat kukunya, karena kalau kuku panjang pasti ditegur guru. Mereka lepas kontrol, karena mengira aku serius akan melihat kukunya. Sambil mereka ngotot menunjukkan kukunya yang tergunting rapi dan pendek. Lalu kedua tangan kanan mereka kutarik dan ku cium. Baunya khas bau memek. Mereka terkejut ketika aku mencium kedua jari tengah mereka. “Nah oom tau apa yang kalian lakukan, nanti oom mau laporkan ke mama dan papa kamu,” kataku setengah mengancam. Mereka terperanjat, karena aku mengetahui aksi mereka, tapi mereka masih berusaha mengelak dengan bertanya, “ emangnya kenapa oom,” kata mereka serentak. “Oom tau kamu mainin mimi kamu dengan tangankan, itu kan berbahaya, nanti kamu bisa mandul kalau kemasukan kuman, dari jari kamu yang tidak bersih, ayo gak usah membantah lah, benerkan,” kataku dengan nada yang tenang tanpa ada terasa ada hardikan. Mereka berdua terdiam. “ Oom jangan kasih tau mama ama papa dong oom,” kata mereka dengan penuh harap. “ Tapi kalau nanti akhirnya ada penyakit di mimi mu karena kena kuman, gimana kamu ngomongnya ke mama, kalau kena penyakit nanti mimi mu berbau busuk, ya terserah aja kalau mau tanggung,” kata ku datar. “Jadi gimana dong oom,” keduanya seperti koor berbicara bareng. Aku lalu menyuruh mereka ke kamar mandi orang tuanya. Aku katakan aku mau memeriksa, apa mereka terkena virus atau tidak. Kata mereka sudah melakukan itu sekitar 3 bulan ini. Setelah mereka masuk kamar mandi aku kemudian menyusul. Kamar mandi dikunci lalu mereka ku suruh melepas celana dan celana dalamnya. Di kamar mandi orang tuanya ada semacam bidang datar yang agak tinggi ditutupi dengan keramik. Mereka kusuruh duduk dan mengangkang. Mulanya mereka saling liat-liatan dan tentunya merasa malu. Tapi aku berlaku seolah-olah mau keluar lagi, akhirnya mereka menyerah dan menuruti perintahku. Keduanya duduk bersandar di dinding dan kakinya dilipat mengangkang selebar mungkin. Memeknya masih bersih daru jembut, tetapi bentuknya sudah mentul. Dalam posisi itu aku sulit melihat lebih seksasama, akhirnya mereka kusuruh tidur telentang. Satu persatu dengan leluasa aku buka lipatan memek mereka yang masih rapat. Jari kiri dan kananku lalu aku usap-usapkan ke kedua clitorisnya. Mereka merasa geli, tapi aku minta menahannya, sehingga lama-lama mereka tidak mengeluh geli lagi. Cairan pelumas mulai membasahi mulut vaginanya yang masih rapat. Mereka mulai menggelinjang dan berdesis. Repot juga mengkordinasikan tangan kiri dan kanan melakukan stimulasi sekaligus berdua. Menjelang mereka sudah tinggi aku beralasan ingin mencium dan merasakan cairan memeknya apakah masih sehat atau tidak . Sementara tangan kananku mengelus-elus satu memek, lidahku menjilati memek yang satu lagi. Karena sudah tinggi memek yang aku jilat segera mencapai orgasme, dan seluruh permukaan memeknya berkedut-kedut. Aku tidak tau ini Winda atau Windi yang mengerang-ngerang nikmat. Setelah dia usai aku ganti menjilat satunya dan tidak perlu waktu lama dia pun mengerang nikmat. Keduanya lalu memelukku, katanya rasanya enak sekali, lain dari yang pernah mereka lakukan. Dia menanyakan apakah memeknya tidak ada penyakit. Aku bilang mesti lihat tanda di tempat lain. Di mana, katanya . Aku menunjuk teteknya. Mereka tidak ragu segera bertelanjang di depanku. Lalu keduanya aku baringkan. Susunya sudah lumayan berkembang untuk anak umur 12 tahun susu mereka termasuk besar. Putingnya masih kecil dan aerola nya juga masih melingkar kecil saja. Aku oser-oser jariku ke putingnya yang mengeras. Mereka kegelian. Aku katakan bahwa keadaannya cukup sehat, tapi harus dicuci dengan cairan pembersih vagina. Kebetulan memang ada di kamar mandi orang tuanya. Mereka berdua masih dalam keadaan bugil aku ceboki dengan cairan pembersih itu. Salah satu dari mereka lalu nyeletuk, “ Oom curang, udah liat mimi kita tapi kami belum liat pipit oom, liat dong oom, kita kan pengen tau kayak apa sih orang dewasa punya.” Aku tidak menyangka mereka bakal ngomong begini. Aku dari tadi sudah ngaceng sejak ngerjai mereka berdua. Aku akhirnya menyerah dan mempertunjukkan penisku yang sudah mengeras. Mereka lalu menekan dan menggenggam. Aku jadi makin pusing dibuatnya. Akhirnya mereka kusuruh ngook dengan bantuan sabun sampai spermaku muncrat. Setelah itu mereka tanya, “ Oom kok jadi lemes kenapa .” Aku jelaskan bahwa setelah sperma keluar maka alat kelamin laki laki akan kembali keukuran semula. Saat menegang artinya kelamin laki-laki siap untuk dimasukkan ke kelamin perempuan. Mereka paham bahwa pertemuan kedua kelamin lain jenis akhirnya akan membuahkan anak. Tapi ketika kutanya mereka apa sudah mengalami haid, keduanya menggelengkan kepala. Dengan begitu kataku, mereka belum bisa hamil, karena belum memproduksi telur, yang akan dipertemukan dengan sperma. Kami akhirnya kembali ke ruang TV, dan melanjutkan menonton TV. Pekerjaanku jadi bertambah, karena mereka juga sering kali minta aku menjilati memeknya. Suatu kali aku lagi asyik menjilati memek si sulung mereka memergoki. Si sulung kaget, tetapi reda setelah kedua si kembar “ buka warung “ minta dijilati juga. Aku jadi marathon menjilati ketiganya. Anehnya nafsu mereka kuat sekali, karena sejak itu setiap hari aku selalu diminta menjilati mereka. Aku pada awalnya senang, lama-lama bosan juga dan leherku pegal. Kadang mereka malah minta lebih dari sekali di jilat dalam sehari. Aku jadi menyesal karena akhirnya diperbudak. Meskipun demikian kedua kembar itu akhirnya diajari kakaknya mengulum kontolku. Mereka sampai bisa menelan air maniku. Itu adalah perbuatan yang paling top yang aku lakukan. Si bungsu malah kemudian memergoki aku lagi menjilati ketiga kakaknya. Ini gara-gara kami makin sembrono, sehingga kurang menjaga situasi aman. Si Vicky memang masih kelas 4 SD, tapi minta pula ingin merasakan. Aku tidak yakin apakah anak sebesar itu bisa mencapai orgasme. Ternyata ada benarnya. Aku memerlukan waktu sampai setengah jam menjilati nonoknya sampai dia berkedut-kedut. Tapi itu hanya untuk pertama kali. Untuk seterusnya dia relatif sama dengan kakaknya. Si bungsu ini walau umurnya masih 10 tahun, tapi memeknya sudah menggelembung dan bagian putingnya sudah menonjol. Sejak sat itu kami sering mandi bareng dengan ke empat anak. Si Kecil pun akhirnya diperkenalkan mengoral ku. Aku jadi lemes tiap hari dioral oleh 4 anak. Seharian aku bisa ejakulasi sampai 3 kali, dan itu hampir setiap hari. Aku masih berpikir-pikir 1000 kali untuk menjebol perawan anak-anak ini. Aku pernah malakukan aksi nempel-nempel saja di mulut vagina mereka. Tapi aku menahan untuk tidak sampai kejeblos. Kami kemudian sering mandi di sungai belakang rumah sambil berbugil ria. Kami bergembira bersama dan merasa kami mempunyai dunia lain dengan aksi nudist di sungai. Dalam waktu 10 hari semua anak-anak ini sudah terbiasa oral dan dioral. Kegiatan itu menjadi pengantar tidur setiap hari. Setiap habis dioral, mereka lalu tidur dan aku kembali ke televisi untuk menonton sepak bola yang ditayangkan mulai tengah malam. Malam minggu kali ini aku agak terganggu karena munculnya Vina. Dia mengendap-endap dan tiba-tiba mengejutkanku. Dia langsung duduk dipangkuanku. Aku berpikir, anak ini mau apa lagi, tadi sudah di oral dan dia sampai orgasme, sekarang mendekati aku mesti ada maunya. Dia minta aku memutar film porno, katanya film Indonesia. Aku jadi tertarik juga karena jarang ada film porno Indonesia. Kami lalu menikmati tayangan film Indonesia. Filmnya dibuat tidak profesional, tetapi lumayanlah pemainnya cakep dan detilnya cukup bagus. Di tengah jalan Vina bertanya kepadaku, “ Gimana sih oom rasanya kalau dimasukkin pipit laki-laki.” Aku jelaskan bahwa sekali dimasuki kemaluan laki-laki maka selaput perawan seorang gadis akan rusak. Untuk pertama kalinya, si perempuan akan merasakan sakit, karena perobekan selaput dara itu sampai mengakibatkan pendarahan. Namun luka, akibat selaput dara akan sembuh dengan sendirinya tanpa diobati. Setelah selaput dara pecah, maka untuk selanjutnya perempuan tidak lagi merasakan sakit, sebaliknya malah terasa enak. “Apakah lebih enak dari dijilatin Oom,” tanyanya. “Ya iyalah, kalau dijilati kan hanya bagian luar yang dirangsang, kalau dimasuki, maka bagian dalamnya juga akan ikut merasakan rangsangan,” kataku. “Aku pengin deh oom merasakannya,” katanya. Pernyataan ini sangat mengejutkanku, dan selama ini aku selalu menjaga agar keperawanan mereka terjaga. Aku sudah memberi pengertian bermacam-macam, tetapi Vina masih tetap berkeinginan, dan dia katanya mau tahan sakitnya dan ingin tahu nikmatnya . Aku berpikir lama untuk memenuhi keinginan Vina. Dia terus membujukku, sampai pertahanan ku jadi makin lemah. Aku akhirnya mematikan televisi, Vina ku ajak ke kamarku. Kami bercumbu sambil melepas baju. Dia kuoral sampai orgasme dan kucoba jariku memasuki liang vaginanya, tetapi dia merasa sakit, karena memang jariku sulit masuk. Aku sudah menjelaskan kepadanya, risiko jika penisku masuk, maka semua atas kemauan Vina sendiri. Aku tegaskan bahwa aku sama sekali tidak membujuknya. Vina mengangguk. Pelan-pelan aku arahkan kepala kemaluanku mencoba menerobos gerbang vaginanya. Sampai 5 cm penisku berhasil masuk, dia sudah meringis-meringis. Kuyakini dia apa masih mau diteruskan apa cukup segini. Dia tetap ngotot mau diteruskan bahkan tangannya menarik pantatku untuk terus maju. Dengan gerakan hati-hati aku memajukan penisku sampai akhirnya terhalang oleh selaput daranya. Aku memaju mundurkan penisku sampai terasa lancar. Pada saat mentok, aku mulai membuat gerakan mengejan, sehingga menyebabkan penisku terasa lebihkaku. Demikian berulang-uang, hasilnya lumayan. Selaput daranya bisa tembus tanpa dia terasa terlalu sakit. Penisku mulai tenggelam perlahan-lahan. Dia meringis ketika aku menarik dan memajukan penisku. Sekitar 5 menit kemudian dia mulai bisa menyesuaikan penisku makin lancar keluar masuk, meski terasa ketat sekali lubang vaginanya. Hampir 10 menit kemudian aku merasa sudah mulai akan ejakulasi, maka segera aku tarik. Dan muncratlah spermaku di perutnya. Vina memelukku, katanya karena barangku meski mengakibatkan sakit, tetapi didalam rasanya enak, karena semua rongga memeknya terasa penuh. Untuk pertama kali, kujelaskan bahwa wanita tidak bisa merasakan nikmatnya atau sampai orgasme, karena rasa sakit mengganggu . Dia bisa mengerti dan berjanji akan minta diulang lagi di waktu yang akan datang. Keesokan harinya, karena kebetulan hari Minggu mereka tidak sekolah. Vina membisikkan kepada ku bahwa memeknya perih ketika dia pipis. Aku jawab itu biasa, paling cuma sebentar, nanti siang pasti sudah tidak perih lagi. Pagi itu kami bersama-sama turun ke Medan dan aku ingin melihat keadaan rumahku yang kosong. Rumahku tidak ada yang membersihkan maka semua anak-anak gotong royong membersihkan rumahku, ada yang kebagian nyapu, ngepel. Setelah rapi aku memesan makanan melalaui delivery order. Kami menikmati makan bersama si rumahku lalu mereka cuci piring. Mata mulai ngantuk setelah perut kenyang. Tetapi anak-anak tidak. Mereka malah bermain di sekitar rumahku. Ada yang nonton tv. Si sulung diam-diam malah membawa film-film pornonya. Mereka berempat akhirnya menekuni menonton film porno. Aku tidak terarik bergabung karena ngantuk berat. Aku terbangun karena merasa celanaku dilepas. Ternyata ke empat anak-anak itu sedang membongkar simpananku. Aku dalam keadaan setengah ngantuk membiarkan saja anak-anak itu maunya apa. Selama ini mereka sudah terbiasa mengoral milikku, jadi tidak ada masalah lagi. Dari mulai si sulung sampai si bungsu bergantian mengoralku. Mungkin karena sudah terlalu sering aku berejakulasi dengan mereka, kini daya tahanku lumayan juga. Aku tidak juga kunjung keluar meski mereka berempat mengoralku. Entah angin apa, aku merasa ada yang menaiki tubuhku. Dia adalah salah satu si kembar. Entah Winda atau Windi mencoba memasukkan batangku ke memeknya. Mereka mungkin terpengaruh film yang ditontonnya dan penasaran ingin mencoba. Dia mencoba melesakkan kan penisku, tetapi baru masuk sebagian sudah dicabut lagi, sakit katanya. Si kembar satu lagi ikut mencoba, dia mendorong masuk penisku, tapi baru bagian kepalanya masuk dia sudah mundur dan tidak meneruskan karena katanya juga sakit. Eh si bungsu ikut-ikutan, dia mengangkangkan kakinya dan ikut mau mencoba memasukkan penisku. Belum juga kepalanya masuk dia sudah merasa sakit dan akhirnya mundur. Mereka lalu berdiskusi mengapa yang difilm itu kelihatannya gampang. Si Sulung kemudian mengambil alih dan dia mulai pelan-pelan melesakkan penisku sampai seluruhnya tenggelam. Yang lainnya heran dan bertanya-tanya kenapa si sulung bisa menelan barangku. Si sulung sambil menggenjot aku mengatakan, karena dia sudah cukup umur makanya bisa, kalau terlalu kecil lubangnya belum cukup, kata Vina yang memang sudah berumir 14 tahun. Vina sangat menikmati kontol ku sampai sekitar 10 menit dia akhirnya ambruk karena mencapai orgasme. Sementara aku yang pasif di bawah, masih terus bertahan. Batangku terlihat basah oleh lendir dari Vina ketika dicabut. Si Winda penasaran mau mencoba lagi. Aku menyuruh mereka mengambil jelly untuk melumuri batangku. Mulai dari kepala sampai semua batang menjadi licin, Memeknya mereka juga di bagian gerbangnya dilumuri jelly. Hasilnya cukup lumayan karena batangku bisa masuk relatif agak banyak. Paling tidak kepalanya sudah terbenam dan hampir separuh. Batangku tidak bisa masuk lebih dalam karena tertahan selaput dara. Si kembar itu lalu naik turun sampai batas mentok di selaput daranya. Lama-lama karena kurang kontrol di lepaskan berat badannya sehingga secara tidak sengaja selaputnya terterjang penisku sehingga bisa masuk lebih dalam. Winda atau windi aku kurang jelas lalu berhenti ketika penisku terbenam semuanya. Dia lalu pelan-pelan menarik keluar sehingga batangku terlepas. Si kembar satunya penasaran, dia mengikuti apa yang dilakukan saudara kembarnya. Kejadiannya sama dan selapot daranya juga jebol karena dia kurang kontrol gerakannya sendiri. Tapi yang kali ini dia tetap biarkan batangku terbenam lama, lalu dia coba menggenjot tapi baru sebentar dia kelurkan penisku. Eh si bungsu ikut-ikutan. Ketika aku larang di malah mau menangis. Ya aku tidak bisa berbuat lain kecuali membiarkan saja. Anak ini masih terlalu kecil, sehingga aku kurang yakin dia bisa melakukan seperti kakaknya. Dia melumari memeknya jeli sebanyak-banyaknya sampai masuk ke dalam liangnya, demikian juga kepala penisku dia tambah jelly lagi. Aku tak menyangka kepala penisku bisa terpelet masuk ke dalam memek anak umur 10 tahun. Ini benar-benar di luar dugaanku.Tapi baru kepala penisnya masuk sudah mentok ke sepalut daranya. Dia meringis kesakitan, tapi dia tidak cabut. Aku hanya mengencang dan mengendorkan penisku untuk meluaskan lubang yang telah dirintis. Entah sebab apa tiba-tiba si bungsu melepaskan beban badannya ke memeknya, sehingga bless penisku langsung terhunjam. Sibungsu menjerit, tetapi anehnya penisku tidak dicabutnya. Ketat sekali memek anak umur 10 tahun yang sangat diluar dugaanku bisa dimasuki penis orang dewasa. Aku lalu membantu Vicky agar perlahan lahan mengeluarkan penisku. Dia meringis ketika proses pencabutan sedang berlangsung. Air matanya meleleh dari kedua ujung matanya. Aku lalu menggiring mereka kekamar mandi untuk membersihkan diri. Aku sesungguhnya sangat merasa bersalah memerawani keponakanku. Tapi kejadian itu sama sekali bukan inisiatifku. Mereka sendiri yang memaksa . Ini setidaknya tertanam di dalam pikiran mereka bahwa hilangnya keperawanan mereka karena kemauan mereka sendiri, bukan karena dipaksa atau diperkosa. Aku mengakhiri permainan seru di rumahku dan membawa mereka kembali kerumah di perkebunan. Malamnya si Sulung masih minta jatah untuk dipuaskan. Sejak kejadian itu aku disandera mereka untuk memuaskan mereka melalui pesetubuhan, si bungsu pun ikut-ikutan minta jatah setelah memeknya sembuh dari luka diperawani. Menyetubuhi anak-anak di bawah umur, bukanlah hal yang mudah. Mereka umumnya sulit mencapai orgasme, karena mungkin kesadaran seksnya belum matang. Aku jadi kewalahan menghadapi mereka berempat. Kalau si sulung lumayan cepat, tetapi si bungsu seringkali sulit mendapat orgasmenya. Kalau aku sudah lelah maka segera aku sudahi. Setiap malam akhirnya menjadi acara rutin aku memuaskan mereka, sampai menjelang orang tua mereka kembali. Kedatangan kedua orang tuanya kurang begitu mereka sambut gembira sebab berarti mereka semua tidak bisa melanjutkan petualangan sex nya. Aku pun kembali ke kehidupan normal tinggal di dikota. Namun anak-anak itu jadi sering datang kerumahku dengan alasan berupa-rupa ke orang tuanya bahwa mereka janjian ama teman ketemu di plaza dan sebagainya. Canggihnya mereka minta diturunkan oleh supir di plaza kemudian aku diminta menjemputnya di lobby plaza. Begitu mobilku nongol mereka buru-buru masuk ke mobil langsung berangkat ke rumah ku. Kejadian di rumahku sudah pasti dan mudah ditebak. Begitulah mereka lakukan bertahun-tahun sampai si sulung kuliah dan si bungsu di SMA. Mereka akhirnya sudah pacaran dan mungkin sudah dapat jatah dari pacarnya sehingga tidak lagi sering minta jatah dariku. Namun sesekali waktu ada juga mereka minta jatah dari ku.
cerita dewasa | Cerita Taman Eden Di Perkebunan
Tuesday, 10 July 2012
Labels:
Cerita Dewasa Terbaru,
cerita ngentot
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment