Setelah orang tuaku bercerai, aku ikut mamaku bersama adikku. Aku tidak ingat benar apa penyebabnya, tetapi yang ku tahu papaku punya banyak pacar. Namun ibuku juga punya pacar ketika masih serumah dengan papa. Kami mulai merasakan kesulitan ekonomi. Dari kehidupan yang serba mewah, pelan-pelan mulai menurun. Akhirnya rumah kami terjual dan aku tidak sempat menamatkan SMA. Aku bukan lagi orang yang berduit. Modalku hanya berbadan atletis, tegap, cukup tinggi dan muka lumayan menggoda. Aku hobby bermain musik, sehingga berkumpulnya dengan anak-anak band. Kami akhirnya memang punya band sendiri. Tidak sempat ngetop, tetapi satu -dua kali pernah juga tampil di cafA?. Pengembaraanku sebagai pemusik dari kace ke kafe memberi jalan aku kenal dengan seorang wanita cantik. Kulitnya putih, tinggi semampai. Wajahnya indo campuran. Stefi memang berayah Jerman dan ibu Sunda. Ayahnya pulang ke Jerman, dan ibunya ditinggal begitu saja. Aku makin akrab dengan Stefi. Dia orangnya asyik dan kelihatannya cukup berduit. Kuperhatikan dia gonta-ganti mobil.
Kalau bukan Honda Jazz yang dibawanya ya BMW seri 3 tahun terbaru. Di kafe dia selalu berombongan dengan cewek-cewek. Mereka kelompok cewek yang tajir-tajir. Di kafe mereka tidak jualan, artinya mencari uang dari laki-laki. Mereka hanya dugem, minum-minum. Satu kali Stefi ketika aku bergabung dengan kelompok cewek-cewek dia terlalu banyak minum. Padahal dia bawa mobil sendiri. Oleh teman-temannya aku diminta mengantar Stefi pulang. Stefi antara sadar dan mabuk ku bimbing memasuki mobilnya. Dia menyebutkan satu alamat, yang aku kenal benar daerahnya di Bintaro. Kami sampai ke alamat yang dia maksud, sebuah rumah sedang tetapi cukup bagus. Aku membuka kunci pagar sekaligus pintu rumahnya. Kunci-kunci itu menjadi satu dengan kunci mobil. Kupapah Stefi masuk ke dalam rumah lalu ku baringkan di sofa. Aku segera menutup pintu pagar dan pintu rumah. Stefi dengan keadaan setengah sadar minta aku membawanya ke kamar mandi, karena dia merasa mau muntah. Belum sempat sampai kamar mandi muntahnya sudah berhamburan mengenai bajunya juga bajuku. Baunya gak karuan, asem bercampur bau alkohol. Aku membersihkan bajunya dengan handuk basah dan juga bajuku. Bekas muntah yang berserakan di lantai menjadi kerjaanku selanjutnya. Aku lap saja dengan handuk yang sudah bekas membersihkan muntah tadi di baju. Ini terpaksa kulakukan, karena jika tidak aku khawatir kami bisa terpeleset jika keluar dari kamar mandi. Stefi aku dudukkan di di closet. Dia duduk bersandar, sementara aku ngepel lantai yang penuh dengan muntah Stefi. Ketika aku kembali ke kamar mandi, Stefi sudah membuka baju dan celananya yang tadi terkena muntahan. Dia tinggal mengenakan celana dalam dan BH. Melihat pemandangan itu, barangku jadi makin mengeras. Dari tadi sudah mengeras karena aku berkali-kali menyenggol susunya yang lumayan empuk dan besar. Stefi minta aku memapahnya ke kamar. Aku baringkan dia di tempat tidur dan sekalian kulepas BH dan celana dalamnya. Aku sudah terujung melihat Stefi yang putih mulus. Dia melemas saja ketika kulucuti bajunya. Aku mulai menciumi kedua putingnya dan meremas-remas dadanya yang padat. Stefi kelihatannya bereaksi dengan rangsanganku. Nafasnya memburu. Aku tidak peduli. Kemaluannya aku raba terasa berlendir pula di sana. Jari tengahku, kucolok ke dalam memeknya terasa hangat di dalam. Itilnya kumainkan, Stefi menggelinjang-gelinjang. Aku penasaran pula ingin mengisap memeknya. Aku segera beroperasi di antara kedua kakinya . Memeknya aku jilati dan itilnya menjadi mainan lidahku. Stefi menggelinjang-gelinjang sampai akhirnya dia mengejang. Meskipun dalam keadaan mabuk dia bisa juga orgasme. Stefi menarikku keatas. Aku menangkap kemauannya. Dia minta aku menindihnya. Barangku ku arahkan ke gerbang vaginanya lalu kutekan pelan-pelan. Rasanya hangat dan lumayan menjepit. Stefi memang sudah tidak perawan lagi, sehingga penisku leluasa keluar masuk memeknya. Stefi yang masih dalam keadaan mabuk kini mengerang-erang mengekspresikan kenikmatan. Aku terus menggenjot dengan gerakan kasar. Barangku lumayan besar lah, mungkin ukurannya sekitar 17 centi dan lingkarnya cukup gemuk. Aku akhirnya ejakulasi dan beberapa saat kemudian aku merasa memek Stefi juga berdenyut-denyut. Kami akhirnya tidur di bawah selimut sampai pagi dalam keadaan telanjang. Stefi tinggal sendiri di rumah ini. Dia membeli rumah ini sendiri sedang ibunya tinggal di Bandung. Aku terbangun ketika matahari menerobos masuk ke kamar. Stefi tidur memelukku. Pagi itu aku main sekali lagi dengan Stefi sampai kami sama-sama puas. Stefi sudah sadar dari pengaruh alkohol semalam. Kami lalu mandi bersama dan saling menyabuni. Stefi sempat mengoral ku sebentar dan akhirnya kami main berbagai gaya di kamar mandi. Baju dan celanaku basah karena bekas muntah semalam. Jadi aku hanya mengenakan celana dalam. Stefi berinisiatif mencuci bajuku dengan mesin cuci. Sementara menunggu proses mesin cuci aku hanya mengenakan celana dalam. Stefi rupanya menyesuaikan suasana, dia juga hanya mengenakan celana dalam, sementara susunya dibiarkan menggantung bebas. Kami menyiapkan sarapan pagi bersama dengan hanya bercelana dalam. Stefi rupanya sudah lama menaksir diriku, jadi dia merasa senang ketika bersamaku di rumah. Aku akhirnya akrab dengan Stefi dan sering tidur dirumahnya untuk saling memuaskan. Pertanyaanku yang mengganggu adalah, mengapa Stefi begitu berduit, sementara dia tidak terlihat bekerja apa-apa. Aku bahkan sering disangui. Aku tentu saja tidak bisa menolak, karena aku juga sering bokek. Sejak aku bersama Stefi keuanganku terjamin, bahkan aku memegang Honda Jazz untuk keluyuran ke sana kemari. Akhirnya Stefi membuka rahasia kehidupannya. Dia adalah piaraan seorang adik konglomerat. Berapa pun yang dibutuhkan Stefi selalu dipenuhi. Stefi dalam usia 23 tahun sudah 4 tahun menjadi piaraan si adik konglomerat itu.
Dia bahkan sudah sering diajak bepergian ke luar negeri. Namun meskipun secara materi berkecukupan, tetapi batinnya tersiksa, karena konglomerat itu menyembunyikan hubungannya dari istrinya. Oleh karena itulah untuk mengisi kekosongannya dia memilih aku untuk mendampinginya. Aku seterusnya diminta bisa mengerti dan menerima kehidupan Stefi. Bagiku hal itu tidak menjadi masalah, sex, uang dan kehidupan yang lebih baik adalah tujuan hidupku. Stefi bisa pula diterima oleh mamaku. Bahkan aku dibebaskan tidur bersama Stefi di rumah ku sendiri. Mamaku memang berpandangan bebas, karena dia juga sering menjalin hubungan dengan pacarnya meski tidak pernah tidur di rumah. Satu hari Stefi berbicara serius, dia minta hubungannya dengan ku di jadikan hubungan resmi. Artinya aku dan Stefi menjadi suami istri. Menurut Stefi bos konglomeratnyalah yang menyarankan itu. Bosnya menginginkan Stefi hidup normal. Cuma syaratnya, Stefi harus tetap bisa melayani dan aku sebagai suaminya tidak boleh mencemburuinya. Jika Aku menghalangi dan mencemburuinya, maka suplai materi akan dihentikan. Bagiku itu bukan masalah yang sulit kuterima. Selama ini aku juga sudah menjalani hidup seperti itu, masalahnya aku belum sekalipun pernah bertemu dengan bos si Stefi. Aku hanya melihatnya melalui foto di HP nya. Kami akhirnya melangsungkan pernikahan. Pada pesta pernikahan itulah aku melihat dengan jelas si bos yang selama ini mendanai hidup kami. Aku menyalaminya dengan hangat. Stefi mendapat hadiah sebuah rumah besar di Bintaro lengkap dengan kolam renang. Digarasinya juga sudah ada sebuah mobil mercy C 240 terbaru. Stefi mengatakan bahwa bosnya ingin berkenalan lebih akrab denganku, dan katanya dia ingin berterimakasih padaku karena telah mengurus Stefi selama ini. Pada hari yang dijanjikan si bos datang. Kami cepat akrab. Dan ternyata si Bos tidak tua-tua amat. Dia warga keturunan berusia sekitar 40 tahun. Si bos bahkan berjanji akan membantu aku melengkapi peralatan musik band ku. Hal ini sudah lama aku dambakan untuk membentuk band yang sempurna. Si bos akhirnya sering datang ke rumahku. Bahkan gilanya lagi, si bos minta izinku untuk meniduri istriku di rumahku. Aku terpaksa mengiyakan sambil hatiku galau. Bagaimana tidak rasanya kelaki-lakianku martabatnya terganggu juga. Namun aku introspeski dengan kehidupankau selama ini, toh hal itu sudah lama terjadi. Bedanya mereka tidak bermain di depanku, sekarang mereka terang-terangan di depanku. Ah apa bedanya, toh substansinya sama. Satu hari sedang aku asyik menonton TV sementara istriku digeluti si bos di kamar, istriku mengsms. Dia minta aku masuk ke kamar. Dia menceritakan si bos ingin merasakan sensasi baru, 3 some denganku. Aku pikir ini merupakan fantasi sex ku yang sudah lama aku simpan, tetapi aku belum pernah menghayalkannya ber 3some dengan si bos. Aku berpikir ini perlu dicoba, paling tidak si bos akan tambah akrab denganku. Ketika pintu kamar aku buka mereka berdua berada di bawah selimut.
Aku duga mereka pasti telanjang bulat. Aku segera melucuti semua bajuku. Penisku belum terlalu tegang, meski sudah mulai terisi. Aku naik ke tempat tidur dan penisku langsung diraih istriku. Dia segera menghisap batang penisku tanpa mempedulikan si bos yang tidur di sebelahnya. Si bos lalu membuka selimut dan Stefi diminta berposisi merangkak. Aku terduduk di sandaran tempat tidur, sementara si Bos menyodok memek istriku dari belakang di bermain semangat sekali. Rupanya dia ingin berganti posisi. Si bos tidur telentang dan Stefi diminta menindihnya dan barangnya dimasukkan ke dalam memek Stefi. Sementara aku diminta melakukan anal dengan Stefi. Aku memang sudah sering melakukan hubungan anal dengan Stefi, jadi permintaan si Bos ini tidak terlalu aneh. Istriku digenjot oleh dua laki-laki di kedua lubangnya. Aku menikmati sekali sensasi ini. Si bos lalu minta bertukar posisi, aku di bawah Stefi menggenjot memeknya dan si bos mengambil jatah anal. Si bos dengan semangat menggenjot anal Stefi sementara aku dan stefi diam saja. Sebab kalau aku ikut menggenjot, kontolku bisa lepas dari memek Stefi. Tidak lama kemudian si bos mencapai ejakulasi di dubur Stefi. Dia melenguh panjang dan aku merasakan spermanya meleleh membasahi batangku. Sibos mencabut penisnya dan tidur telentang di samping ku Aku meneruskan permainan dengan Stefi. Pemandangan Stefi bergerak naik turun menduduki penisku memang merupakan pemandangan indah. Teteknya yang cukup besar dan kencang bergoyang-goyang seirama dengan hentakan tubuh Stefi. Dia makin cepat bergerak dan aku tau bahwa Stefi sudah menjelang orgasmenya. Stefi menjerit dan ambruk menindih tubuhku . Aku segera membalikkan posisi Stefi dan menggenjot dengan keras sampai aku pun ejakulasi. Setelah selesai permainan babak itu kami bertiga menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Seusainya aku diminta Si bos untuk tetap di kamar. Kami lalu duduk di kursi yang berbeda sambil merokok dan menenggak bir. Sementara itu Stefi duduk di bawah si si Bos sambil melomoti penis si Bos yang masih lemas. Stefi tahu benar cara menservice si bos. Lama Stefi mengulum penis si Bos tetapi, penisnya tak kunjung mengeras. Sementara penisku pelan-pelan mulai meregang. Kami lalu pindah posisi di tempat tidur. Stefi berbaring mengulum kontolku sementara memek Stefi dilahap oleh oleh si Bos. Kuakui Stefi sangat pandai menjaga memeknya, sehingga haunya selalu mengggairahkan. Mungkin itu pula yang menjadi daya tarik si Bos mau memelihara Stefi begitu lama. Aku akhirnya main lagi denan Stefi sementara si Bos duduk di kursi sambil mangambil foto kami yang sedang main. Bagi ku tidak masalah, toh Stefi istriku resmi. Malah aku berterima kasih sama si Bos telah mau jadi juru foto untuk dokumentasi pribadi kami. Sejak saat itu aku jadi makin arab dengan si Bos. Dia pun sering diam-diam mentransfer uang ke rekeningku tanpa setahu Stefi. Uang itu aku simpan , sampai akhirnya cukup untuk membuka usaha mini market . aku membeli dua ruko berdampingan dan di situlah minimarket yang merupakan waralaba dari merek terkenal. Paling tidak pendapatan dari mini market itu kelak bisa menunjang kehidupan kami. Kehidupan sex kami makin gila, karena kami kemudian bergabung dengan klub swinger. Ini membawa pergaulanku makin luas dan dari koneksi dengan grupku itu aku bisa mengembangkan marketing, baik rumah, asuransi ataupun apa saja. Dan lebih gilanya lagi si Bos kemudian membawa teman-temannya mengerjai istriku. Pernah istriku satu kali melayani 5 orang sekaligus di hotel. Aku ikut disitu, tetapi tidak ikut main. Aku diam-diam dan secara tersembunyi merekam kegiatan mereka melalui kamera . Semua wajah mereka yang gila sex terekam. Aku mengeditnya kemudian sehingga mutunya jadi lumayan bagus, seolah-olah pengambilan gambar itu tidak dilakukan secara sembunyi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment